Di masa kini, banyak siswa sekolah dasar yang mengeluhkan akan sulitnya pelajaran Bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan mata pelajar muatan lokal wajib bagi sekolah-sekolah yang berada di region Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak terkecuali di SD Budi Utama. Para siswa berkesempatan untuk belajar Bahasa Jawa selama dua jam pelajaran dalam satu minggu. Keluhan para siswa bukan tak berdasar, sebab para siswa saat ini lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Selain itu, tak jarang para siswa harus belajar secara mandiri sebab tak adanya orang dewasa penutur Bahasa Jawa yang dapat mendampingi para siswa saat belajar di rumah.

          Merespon hal tersebut, SD Budi Utama mengembangkan model pembelajaran Bahasa Jawa yang lebih menyenangkan agar para siswa meningkat antusiasmenya. Salah satu model yang dikembangkan dari kebutuhan para siswa di SD Budi Utama adalah pembelajaran berbasis permainan. Menurut Azan & Wong (2008) Model pembelajaran game-based learning adalah model pembelajaran berbasis permainan yang memikat dan melibatkan pengguna, dengan tujuan akhir tertentu, seperti mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Model pembelajaran berbasis permainan adalah unit mandiri dengan awal yang pasti, permainan, dan berakhir. Siswa tahu bahwa mereka terlibat dalam aktivitas permainan, dan pada akhirnya ada “keadaan menang”. Dengan cara belajar yang menyenangkan seperti ini, para siswa tidak akan merasa bahwa sebenarnya mereka sedang belajar tetapi tanpa disadari mereka telah mengalami suatu pembelajaran yang bermakna.

          Salah satu kesempatan untuk menerapkan pembelajaran berbasis permainan adalah ketika siswa kelas 2 belajar Bahasa Jawa dengan materi permainan tradisional. Oleh Miss Ika selaku guru Bahasa Jawa, para siswa diajak untuk mengenal berbagai permainan tradisional Jawa dengan menyimak gambar dan video serta filosofi tentang permainan-permainan tradisional tersebut. Kemudian, para siswa diajak untuk mempraktikkan permainan tradisional Dakon dan Jamuran. Antusiasme siswa saat belajar meningkat, karena bermain Dakon dan Jamuran adalah hal baru bagi mereka. Di akhir pembelajaran, Miss Ika memberikan penguatan bahwa permainan Dakon dan Jamuran tidak hanya menyenangkan tetapi juga mengajarkan para siswa untuk belajar lebih teliti, belajar berhitung, dan mengatur strategi serta fokus. (Dian_HumasSD)